Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar Oleh Wulan
Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 memuat tentang mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi
tujuan utama negara Indonesia dalam mencanangkan tonggak pendidikan.Faktanya, Indonesia masih harus bekerja keras dalam
menyetarakan kemampuan sumber daya
manusianya melalui kebiasaan membaca sejak dini.
Berdasarkan
studi "Most Littered Nation In the
World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu,
Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca (Kompas,
2016). Padahal untuk membentuk generasi pembelajar harus dimulai dari tingkat
sekolah dasar melalui gemar membaca. Kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak sekolah
dasar akan membantu masyarakat Indonesia
memiliki generasi dengan budaya baca yang tinggi. Dimulai dari kebiasaan
membaca buku-buku informasi pendidikan yang banyak disediakan di
sekolah-sekolah yang memang sudah didesain dengan gaya bahasa yang sederhana
dan menarik untuk anak sekolah dasar. Guru dan orang tua juga mengambil peran
penting dalam menumbuhkan budaya baca anak baik di sekolah maupun di rumah
sehingga semua saling bersinergi dan berkesinambungan agar kegiatan membaca
tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi juga tetap menjadi kegiatan
rutin di rumah dan di dalam kehidupan sehari-hari.
Ada yang menarik di balik peristiwa peresmian Gedung Layanan
Perpustakaan Nasional oleh Presiden Joko Widodo, 14 September 2017 silam, yakni munculnya semacam komitmen
bersama untuk mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa pembaca. Artinya apa, begitu pentingnya kerja
keras dan kerja cerdas dalam membangun minat dan kebiasaan membaca masyarakat
Indonesia sebagai fondasi membangun bangsa pembaca. Belajar dari negara Jepang,
seperti dikutip InspirasiData.com, Jepang menjadikan kegiatan membaca sebagai
gerakan kultural bangsa yang disebutnya sebagai tachiyomi, atau budaya membaca sambil berdiri. Masyarakat Jepang
telah terbiasa membaca apa pun kondisinya meski harus sambil berdiri. Budaya ini
terus dikembangkan oleh Jepang dengan penerapan 20 menit membaca, artinya
setiap hari 1 orang wajib membaca buku 20 menit sebelum tidur. Hal ini
diterapkan setiap warga Jepang sejak kecil.
Penggunaan internet juga yang
saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sedikit banyaknya mempengaruhi budaya
baca di Indonesia. Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia pada 2016 tecatat
sebagai pengguna internet dan data Perpustakaan Nasional 86,3 juta jiwa berada
di Jawa. Sebagai penguat, mereka banyak
menghabiskan waktunya hanya untuk surfing internet dan bermain game. Karena
sekarang internet dan game sudah bisa dinikmati melalui handphone atau ipad yang
sudah dilengakapi dengan aplikasi-aplikasi canggih. Sehingga dapat memanjakan
penggunanya dalam melakukan kegiatan tersebut.Surfing internet masih dapat
dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dilihat bukan hanya
tulisan, tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi
konsumsi anak-anak. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha yang harus
dilakukan untuk meningkatkan budaya membaca di kalangan anak didik. Tantangan kita saat ini sebagai guru tidak
lepas dari tanggung jawab danperan sekolah juga orang tua sangat penting guna
menunjang aktivitas anak dalam menumbuhkan budaya dan kebiasaan membaca. Menumbuhkan kebiasaan membaca, dalam membentuk anak dalam
budaya baca yang paling strategis adalah di lingkungan sekolah. Jika suatu pendidikan
sekolah membangun lingkungan yang
gemar membaca (reading society) akan
melahirkan suatu masyarakat belajar (learning
society). Membaca bukan hanya suatu aktivitas wajib melainkan melalui
membaca anak di sekolah dasar juga dapat menerima banyak informasi dari dalam
buku bacaan yang anak baca. Sadar atau tidak, semakin banyak membaca, semakin
banyak pula informasi yang akan terekam dalam otak anak yang secara otomatis
anak juga banyak belajar dari informasi-informasi yang diterimanya dari bahan
bacaan tersebut.
Membangun Budaya Baca di Lingkungan Sekolah
Budaya
baca di sekolah merupakan salah satu syarat wajib dan mendasar yang harus dimiliki
oleh setiap sekolah apabila ingin pendidikan maju dan berkembang.Membangun budaya
baca di lingkungan sekolah menjadi
keharusan yang ditularkan dan diinspirasi dari semua pihak termasuk para guru
pengajar di sekolah. Bung Karno, yang sangat “gila” membaca, mewariskan buku
sekaliber di Bawah Bendera Revolusi ke pada bangsa ini seperti dikutip Kompas.com.
Bagaimana membaca dapat menjadi budaya dalam diri manusia, membaca bisa menjadi
gaya hidup modern di era Milenial artinya
semua anak sekolah dasar harus didukung agar selalu membiasakan diri membaca
buku sebagai sebuah gaya hidup.
Membaca dipandang
sebagai suatu kegiatan yang amat strategi dan mendasar dalam perkembangan
kepribadian/psikologi pada setiap diri manusia. Kenyataan ini dapat kita lihat
dari kebiasaan seseorang bahwa apa yang dibaca akan berpengaruh terhadap pola
pikir dan perilaku pada
kehidupan sehari-hari. Implementasi dari penyerapan proses membaca buku, dapat
dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya
pada olah keterampilan
yang dimiliki.
Ketika setiap orang
menerapkan budaya membaca,
maka akan mempunyai logika dan proses analisa yang lebih besar
di bandingkan orang yang jarang membaca. Menumbuhkan budaya membaca sangat
penting, terlebih bagi generasi mendatang yang menjadi ujung tombak kehidupan
bangsa dan negara. Peran
guru sebagai tenaga pendidik, dengan hadirnya perpustakaan keliling
yang diprakarsai oleh pihak sekolah boleh dibilang sebagai terobosan yang
sangat baik untuk menumbuhkan minat baca. Namun
hal ini juga perlu didorong dengan upaya lainnya untuk mewujudkan budaya
tersebut. Selain itu, yang
menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kegemaran dan
hobi membaca. Sedangkan
pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca. Kebiasaan membaca terpelihara dengan
tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai baik jenis, jumlah maupun
mutunya. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat menjadi landasan bagi
berkembangnya budaya membaca.
Sekolah
adalah lembaga pendidikan formal yang di dalamnya peserta didik dapat memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan
dan informasi terkait apa saja yang ada dalam buku tersebut untuk melihat
hal-hal yang terjadi lingkungan luar yang sebagian besar merupakan pengalaman
pertama sekaligus baru bagi anak yang sedang mencoba untuk mempelajari hal-hal penting lewat membaca buku. Sekolah dasar
merupakan awal mula anak mengenal abjad, belajar membaca dan belajar menulis. Hadirnya perpustakaan di lingkungan sekolah
demi menunjang aktivitas belajar sekaligus tempat bagi kita untuk mulai mengenal kegiatan membaca sekaligus
menulis. Buku-buku yang dipelajari oleh anak didik pada sekolah
dasar merupakan jenis-jenis buku informasi yang didalamnya merujuk pada sumber
pengetahuan dan informasi. Bahan
bacaan mereka bisa melalui cerita fiksi, dimana anak
dapat memperoleh berbagai informasi, baik yang bersifat faktual maupun yang
imajinatif.
Sekolah Dasar
Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin telah membuat beberapa program untuk menumbuhkan
budaya membaca diantaranya terdapat perpustakaan utama seperti cafe buku yang dapat meminjam buku dengan cara menyerahkan sampah daur ulang
sebagai alat pembayaran, dimana setiap peminjaman buku akan mendapatkan kupon doorprize, juga terdapat gerobak baca di sudut lapangan
bermain anak-anak yang setiap hari di buka dan gazebo baca yang dilengkapi gantungan-gantungan
jenis buku disetiap gazebo. Gerobak baca dan Gazebo baca ini membuat siswa dipermudah
daya jangkaunya untuk membaca
tanpa harus meluangkan waktu khusus pergi ke perpustakaan utama. Namun kunjungan wajib ke perpustakaan utama
tetap dijalankan dengan mengatur jadwal kunjungan setiap kelas, hal ini
dilakukan mengingat banyaknya jumlah siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Ukhuwah. Sebagai apresiasi kepada
siwa dan guru, pengunjung terbanyak perpustakaan utama SD Islam Terpadu Ukhuwah
akan mendapat reward. Selain
itu, adanya pojok baca disetiap kelas sangat bermanfaat untuk anak-anak dapat mengaitkan pembelajaran dengan buku-buku bacaan
sebagai sumber dan acuan dalam menyelesaikan tugas mereka dan meluangkan
waktunya untuk membaca buku di dalam kelas saat mereka selesai menyelesaikan mengerjakan
tugas-tugasnya, juga memberikan ruang kepada siswa yang gemar membaca untuk
mengikuti ekskul story telling,
dimana siswa dapat menginterpretasikan buku bacaan yang telah dibacanya untuk
disampaikan kepada teman-temannya. Budaya membaca di Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah tidak hanya sebatas melalui buku
bacaan di perpustakaan, tetapi juga diterapkan dengan membaca Al-Quran sekitar 7-8
baris disertai dengan arti ayatnya setiap pagi hari sebelum
mengajar. Selain
itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Ukhuwah juga melibatkan orang tua siswa untuk ikut
membudayakan literasi, salah satunya dengan program Tahsin orang tua dimana
dalam pelaksanaannya guru-guru Sekolah
Dasar Isam Terpadu Ukhuwah melibatkan
orang tua siswa untuk mengkaji buku Tarbiyatul Aulad secara bersama sama.
Kebiasaan membaca dapat
dipupuk, dibina dan dikembangkan.Buku adalah jendela dunia,kalimat ini yang sering
kita dengar dari kecil hingga dewasa.Tanpa harus berkeliling dunia, dengan
membaca buku kita dapat mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar.
Dengan membaca buku sebagai pusat ilmu pengetahuan dan informasi
tentu mampu memenuhi rasa keingintahuan anak yang luar biasa terhadap berbagai
hal di sekelilingnya. Melalui buku, siswa
akan dibawa masuk untuk memahami berbagai fakta kehidupan. Hal yang terpenting kini adalah mempertimbangkan
bagaimana fakta-fakta itu disampaikan tanpa mengurangi
rasa ingin tahu siswa sekolah dasar terhadap fakta itu sendiri. Sifat alamiah anak didik yang dipenuhi dengan
rasa ingin tahu dapat dipenuhi dengan menghadirkan buku-buku informasi yang
menarik. Buku juga sudah mulai dikemas dalam bentuk
beragam dan menarik. Jenis-jenis
buku yang ada saat ini terbagi menjadi berberapa buku yang diantaranya memuat
topik tentang ilmu Biologi, ilmu Fisika, ilmu-ilmu Sosial, Seni, dan Biografi. Jenis buku informasi lainnya biasanya memberikan
konsep yang berisi tentang historis dan geografi.
Gaya bahasa dalam buku-buku tersebut
untuk anak sekolah dasar harus menjadi perhatian dan pertimbangan tersendiri
mengingat para pembacanya merupakan anak sekolah dasar. Kesesuaian antara keterangan dan ilustrasi juga
harus dikemas secara menarik dan memiliki nilai estetika. Hal ini agar
buku-buku bacaannya tetap menjadi bacaan menarik dan komunikatif sehingga bukan
hanya menjadi hiburan karena keindahan gambar atau ilustrasinya, tetapi juga
dapat menyampaikan informasi kepada anak dengan cara yang lebih sederhana.
Sebagai pendidik kita harus mampu menumbuhkan semangat
baca kepada anak melalui buku-buku bacaan yang ringan dan mudah dipahami
bahasanya oleh anak. Menumbuhkan
kebiasaan baca pada anak didik secara tidak langsung membantu anak menghimpun
berbagai macam informasi dan berita yang ia temukan dalam buku yang dibacanya. Menumbuhkan budaya baca pada anak didik
memang agak sulit, tentu jika guru sekolah tidak memulai dari diri
sendiri.Jadi, gurulah yang
semestinya menjadi contoh dan teladan anak-anak untuk berperan dalam memacu
upaya agar anak memiliki minat baca dan cinta buku. Disamping itu juga lembaga terkait, misalnya
perpustakaan, pihak sekolah sebagai pendukung untuk memotivasi minat baca dan
kecintaan pada buku dan perpustakaan. Salah satu contoh cara menarik yang dapat
dipakai sekolah sebagai salah satu tempat pengembangan anak didik untuk menumbuhkan
budaya baca adalah kegiatan demonstrasi dalam membaca. Anak-anak diberi tugas
untuk meminjam buku dari perpustakaan, kemudian
menceritakan kembali di depan kelas. Hal itu akan memacu anak untuk membaca
buku dan meminjam buku.
Apabila kesadaran guru
sebagai pribadi yang memiliki minat baca dan kecintaan pada buku sudah ada dan
cenderung membiasakan diri dengan budaya baca, maka akan dapat memotivasi dan
mempengaruhi kualitas anak-anak untuk mengikuti jejaknya. Otomatis kita akan familiar
dengan kegiatan membaca, mengenal bahan bacaan dan perpustakaan yang dibuat
oleh sekolah. Realisasi menumbuhkan budaya
baca, cinta buku dan cinta perpustakaan tidak hanya dibebankan di atas pundak
guru beserta orang tua. Alangkah lebih baik jika hal tersebut juga didukung
lembaga atau institusi yang ada seperti perpustakaan, toko buku dan lain-lain
dengan mengadakan kegiatan atau acara yang dapat memacu minat baca dan kecintaan akan buku serta
mensosialisasikan perpustakaan di lingkungan sekolah, agar di sekolah anak-anak
terbiasa atau familiar dengan buku dan perpustakaan. Pastinya kegiatan membaca
dan budaya literasi baca buku dikalangan anak siswa sekolah sudah dapat
teratasi dengan baik jika pihak-pihak sekolah yang ada saling mendukung dan
berusaha mengatasi kondisi tersebut untuk
menumbuhkan
budaya membaca di sekolah dasar.
Kesimpulan
Membangun budaya baca bagi anak-anak harus kita mulai dari
sekarang dengan membaca apa saja yang ringan sesuai keinginan dan hobi anak-anak.
Hadirnya perpustakaan tentu akan berdampak positif di lingkungan sekolah demi
membudayakan baca buku di sekolah. Para siswa akan mulai terbiasa melihat
lingkungan sekolah selalu diwarnai dengan aktivitas membaca sebagai salah satu
program sekolah yang mempunyai perhatian penuh terhadap budaya baca yang digalakkan
oleh para guru sekolah. Membaca
menjadikan kita mempunyai wawasan, menjauhkan dari kebodohan dan kemiskinan
sehingga kesejahteraan bangsa Indonesia akan lebih baik.
Saran
Buku adalah jendela
dunia, istilah yang sudah sering kita dengar. Kita
sebagai masyarakat Indonesia khusunya pendidik
harus bisa meumbuhkan minat membaca dan menciptakan budaya membaca. Dengan membaca kita tidak hanya dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang luas, namun
juga bisa berpikir secara positif dan kritis. Kita
bisa membaca dari hal-hal yang kecil. Dengan memulai dari hal-hal yang kecil
maka akan terbiasa membaca dan bisa melanjutkan membaca buku-buku yang isinya
lumayan tebal dan berbobot.
REFERENSI
Ambary,
Abdullah, dkk. 1999. Penuntun Terampil berbahasa
Indonesia dan Petunjuk guru. Bandung:
Trigenda Karya.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung:
Reneksa Cipta.
Arixs.
2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan
Wanita dan Keluarga.
Senin, 26 September
2017.
Bunyamin,
A. 9 Juli 2007. Membangun Peradaban Buku. (Diakses tanggal
28 September 2017).
Depdiknas
2004, Kurikulum 2004, Jakarta, Depdiknas.
Dyah,
I. 200VI. Minat Baca Warga Jakarta
Rendah. Tempo interaktif, Jumat, 28 Juli
200VI. (Diakses 27 September 2017).
Ghazali,
A.S. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif Interaktif. Bandung: Refika Aditama.
Koentjaraningrat.
(1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
KOMPAS,
Desember 2006. Jenjang Pendidikan Dasar,
Rendahnya Minat Baca Siswa. (Republika
Online, www.republika.co.id, diakses tanggal 24
september 2017).
Kamsul, Khotijah. Strategi Pengembangan Minad dan Gemar Membaca. http://edokumen.kemenag.go.id/files.pdf.
Moeliono,A.M. 1988.PsikologiBelajar.Yogyakarta:Rineka Cipta.
Rifai, Agus. Menjadi Bangsa Pembaca. Pustakawan Dan
Pegiat Literasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. (Diakses 22 September 2017).
Syafi’ie, Imam dan Imam Machfudz. 1992. Pandai Berbahasa
Indonesia.
Jakarta: Media Wiyata SMG.
Sarjita, R.Ahmad. Peningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Melalui Classroom Reading. (Diakses 1
Oktober 2017).
Susilowati, Suci. Meningkatkan Kebiasaan Membaca Buku Informasi Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Guru “COPE”, No. 01/Tahun XX/Mei 2016. (Diakses 28 September 2017).
Sutarno.(2006).Manajemen Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto.
Tarigan,
H.G. (1985). Membaca Sebagai Keterampilan. Bandung:
Angkasa.
Ma’rufah, Umi dan Uswatun Hasanah. Budaya Membaca di
Kalangan Anak Muda. (Diakses 28
September 2017). http//:budayabaca.file.pdf.
Widagdho, Djoko. (1994).Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Bumi Aksara.
Nama : Wulan Aulia
Azizah, S.Pd
Nama Panggilan : Wulan
Tempat/ Tanggal
Lahir : Banjarmasin, 19 Agustus 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Batu Piring No.21 Rt.19 Kelurahan Antasan Besar,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Telp : 085388841616
2. Pendidikan
Formal
No
|
Tahun
|
Lembaga Pendidikan
|
1
|
2010 – 2014
|
PGPSD Universitas Lambung Mangkurat
|
2
|
2007 - 2010
|
SMA Negeri 1 Pangkalan Bun
|
3
|
2004 - 2007
|
SMP Negeri 1 Arut Selatan
|
4
|
1998 – 2004
|
SD Negeri Raja 1 Pangkalan Bun
|
5
|
1996 – 1998
|
TK Kiyai Gede Pangkalan Bun
|
3. Pendidikan
Non Formal
No
|
Pendidikan Formal
|
Lembaga Pendidikan
|
Keterangan
|
1
|
Pendidikan Bahasa Inggris (2014)
|
TEST-Pare English School
|
Bersertifikat
|
4. Prestasi
1.
Akademik
Lulusan Terbaik
predikat cumlaude
5. Kemampuan
No
|
Kemampuan
|
Keterangan
|
1
|
Microsoft Office
|
-
|
2
|
Bahasa Inggris aktif (Toefl ITP)
|
Bersertifikat
|
0 komentar:
Posting Komentar