Banner

Banner
  • Terbaru

    Kamis, 12 Oktober 2017

    WULAN: BUDAYA BACA DI SEKOLAH DASAR PERLU DITUMBUHKAN


    Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar Oleh Wulan 

    Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat tentang mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tujuan utama negara Indonesia dalam mencanangkan tonggak pendidikan.Faktanya, Indonesia masih harus bekerja keras dalam menyetarakan kemampuan sumber daya manusianya melalui kebiasaan membaca sejak dini.
    Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca (Kompas, 2016). Padahal untuk membentuk generasi pembelajar harus dimulai dari tingkat sekolah dasar melalui gemar membaca. Kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak sekolah dasar akan membantu masyarakat Indonesia memiliki generasi dengan budaya baca yang tinggi. Dimulai dari kebiasaan membaca buku-buku informasi pendidikan yang banyak disediakan di sekolah-sekolah yang memang sudah didesain dengan gaya bahasa yang sederhana dan menarik untuk anak sekolah dasar. Guru dan orang tua juga mengambil peran penting dalam menumbuhkan budaya baca anak baik di sekolah maupun di rumah sehingga semua saling bersinergi dan berkesinambungan agar kegiatan membaca tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi juga tetap menjadi kegiatan rutin di rumah dan di dalam kehidupan sehari-hari.
    Ada yang menarik di balik peristiwa peresmian Gedung Layanan Perpustakaan Nasional oleh Presiden Joko Widodo, 14 September 2017 silam, yakni munculnya semacam komitmen bersama untuk mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa pembaca. Artinya apa, begitu pentingnya kerja keras dan kerja cerdas dalam membangun minat dan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia sebagai fondasi membangun bangsa pembaca. Belajar dari negara Jepang, seperti dikutip InspirasiData.com, Jepang menjadikan kegiatan membaca sebagai gerakan kultural bangsa yang disebutnya sebagai tachiyomi, atau budaya membaca sambil berdiri. Masyarakat Jepang telah terbiasa membaca apa pun kondisinya meski harus sambil berdiri. Budaya ini terus dikembangkan oleh Jepang dengan penerapan 20 menit membaca, artinya setiap hari 1 orang wajib membaca buku 20 menit sebelum tidur. Hal ini diterapkan setiap warga Jepang sejak kecil.
    Penggunaan internet juga yang saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sedikit banyaknya mempengaruhi budaya baca di Indonesia. Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia pada 2016 tecatat sebagai pengguna internet dan data Perpustakaan Nasional 86,3 juta jiwa berada di Jawa. Sebagai penguat, mereka banyak menghabiskan waktunya hanya untuk surfing internet dan bermain game. Karena sekarang internet dan game sudah bisa dinikmati melalui handphone atau ipad yang sudah dilengakapi dengan aplikasi-aplikasi canggih. Sehingga dapat memanjakan penggunanya dalam melakukan kegiatan tersebut.Surfing internet masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dilihat bukan hanya tulisan, tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anak-anak. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan budaya membaca di kalangan anak didik. Tantangan kita saat ini sebagai guru tidak lepas dari tanggung jawab danperan sekolah juga orang tua sangat penting guna menunjang aktivitas anak dalam menumbuhkan budaya dan kebiasaan membaca. Menumbuhkan kebiasaan membaca, dalam membentuk anak dalam budaya baca yang paling strategis adalah di lingkungan sekolah. Jika suatu pendidikan sekolah membangun lingkungan yang gemar membaca (reading society) akan melahirkan suatu masyarakat belajar (learning society). Membaca bukan hanya suatu aktivitas wajib melainkan melalui membaca anak di sekolah dasar juga dapat menerima banyak informasi dari dalam buku bacaan yang anak baca. Sadar atau tidak, semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang akan terekam dalam otak anak yang secara otomatis anak juga banyak belajar dari informasi-informasi yang diterimanya dari bahan bacaan tersebut.
    Membangun Budaya Baca di Lingkungan Sekolah
    Budaya baca di sekolah merupakan salah satu syarat wajib dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap sekolah apabila ingin pendidikan maju dan berkembang.Membangun budaya baca di lingkungan sekolah menjadi keharusan yang ditularkan dan diinspirasi dari semua pihak termasuk para guru pengajar di sekolah. Bung Karno, yang sangat “gila” membaca, mewariskan buku sekaliber di Bawah Bendera Revolusi ke pada bangsa ini seperti dikutip Kompas.com. Bagaimana membaca dapat menjadi budaya dalam diri manusia, membaca bisa menjadi gaya hidup modern di era Milenial artinya semua anak sekolah dasar harus didukung agar selalu membiasakan diri membaca buku sebagai sebuah gaya hidup.
    Membaca dipandang sebagai suatu kegiatan yang amat strategi dan mendasar dalam perkembangan kepribadian/psikologi pada setiap diri manusia. Kenyataan ini dapat kita lihat dari kebiasaan seseorang bahwa apa yang dibaca akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku pada kehidupan sehari-hari. Implementasi dari penyerapan proses membaca buku, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah keterampilan yang dimiliki. 
    Ketika setiap orang menerapkan budaya membaca, maka akan mempunyai logika dan proses analisa yang lebih besar di bandingkan orang yang jarang membaca. Menumbuhkan budaya membaca sangat penting, terlebih bagi generasi mendatang yang menjadi ujung tombak kehidupan bangsa dan negara. Peran guru sebagai tenaga pendidik, dengan hadirnya perpustakaan keliling yang diprakarsai oleh pihak sekolah boleh dibilang sebagai terobosan yang sangat baik untuk menumbuhkan minat baca. Namun hal ini juga perlu didorong dengan upaya lainnya untuk mewujudkan budaya tersebut. Selain itu, yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kegemaran dan hobi membaca. Sedangkan pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca. Kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai baik jenis, jumlah maupun mutunya. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat menjadi landasan bagi berkembangnya budaya membaca.
    Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang di dalamnya peserta didik dapat memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan dan informasi terkait apa saja yang ada dalam buku tersebut untuk melihat hal-hal yang terjadi lingkungan luar yang sebagian besar merupakan pengalaman pertama sekaligus baru bagi anak yang sedang mencoba untuk mempelajari hal-hal penting lewat membaca buku. Sekolah dasar merupakan awal mula anak mengenal abjad, belajar membaca dan belajar menulis. Hadirnya perpustakaan di lingkungan sekolah demi menunjang aktivitas belajar sekaligus tempat bagi kita untuk mulai mengenal kegiatan membaca sekaligus menulis. Buku-buku yang dipelajari oleh anak didik pada sekolah dasar merupakan jenis-jenis buku informasi yang didalamnya merujuk pada sumber pengetahuan dan informasi. Bahan bacaan mereka bisa melalui cerita fiksi, dimana anak dapat memperoleh berbagai informasi, baik yang bersifat faktual maupun yang imajinatif.
    Sekolah Dasar Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin telah membuat beberapa program untuk menumbuhkan budaya membaca diantaranya terdapat perpustakaan utama seperti cafe buku yang dapat meminjam buku  dengan cara menyerahkan sampah daur ulang sebagai alat pembayaran, dimana setiap peminjaman buku akan mendapatkan kupon doorprize,  juga terdapat gerobak baca di sudut lapangan bermain anak-anak yang setiap hari di buka dan gazebo baca yang dilengkapi gantungan-gantungan jenis buku disetiap gazebo. Gerobak baca dan Gazebo baca ini membuat siswa dipermudah daya jangkaunya untuk membaca tanpa harus meluangkan waktu khusus pergi ke perpustakaan utama. Namun kunjungan wajib ke perpustakaan utama tetap dijalankan dengan mengatur jadwal kunjungan setiap kelas, hal ini dilakukan mengingat banyaknya jumlah siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Ukhuwah. Sebagai apresiasi kepada siwa dan guru, pengunjung terbanyak perpustakaan utama SD Islam Terpadu Ukhuwah akan mendapat reward. Selain itu, adanya pojok baca disetiap kelas sangat bermanfaat untuk anak-anak dapat mengaitkan pembelajaran dengan buku-buku bacaan sebagai sumber dan acuan dalam menyelesaikan tugas mereka dan meluangkan waktunya untuk membaca buku di dalam kelas saat mereka selesai menyelesaikan mengerjakan tugas-tugasnya, juga memberikan ruang kepada siswa yang gemar membaca untuk mengikuti ekskul story telling, dimana siswa dapat menginterpretasikan buku bacaan yang telah dibacanya untuk disampaikan kepada teman-temannya. Budaya membaca di Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah tidak hanya sebatas melalui buku bacaan di perpustakaan, tetapi juga diterapkan dengan membaca Al-Quran sekitar 7-8 baris disertai dengan arti ayatnya setiap pagi hari sebelum mengajar. Selain itu, Sekolah Dasar Islam Terpadu Ukhuwah juga melibatkan orang tua siswa untuk ikut membudayakan literasi, salah satunya dengan program Tahsin orang tua dimana dalam pelaksanaannya guru-guru Sekolah Dasar Isam Terpadu Ukhuwah melibatkan orang tua siswa untuk mengkaji buku Tarbiyatul Aulad secara bersama sama.
    Kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.Buku adalah jendela dunia,kalimat ini yang sering kita dengar dari kecil hingga dewasa.Tanpa harus berkeliling dunia, dengan membaca buku kita dapat mengetahui sesuatu yang menakjubkan tentang dunia luar. Dengan membaca buku sebagai pusat ilmu pengetahuan dan informasi tentu mampu memenuhi rasa keingintahuan anak yang luar biasa terhadap berbagai hal di sekelilingnya. Melalui buku, siswa akan dibawa masuk untuk memahami berbagai fakta kehidupan. Hal yang terpenting kini adalah mempertimbangkan bagaimana fakta-fakta itu disampaikan tanpa mengurangi rasa ingin tahu siswa sekolah dasar terhadap fakta itu sendiri. Sifat alamiah anak didik yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu dapat dipenuhi dengan menghadirkan buku-buku informasi yang menarik. Buku juga sudah mulai dikemas dalam bentuk beragam dan menarik. Jenis-jenis buku yang ada saat ini terbagi menjadi berberapa buku yang diantaranya memuat topik tentang ilmu Biologi, ilmu Fisika, ilmu-ilmu Sosial, Seni, dan Biografi. Jenis buku informasi lainnya biasanya memberikan konsep yang berisi tentang historis dan geografi. Gaya bahasa dalam buku-buku tersebut untuk anak sekolah dasar harus menjadi perhatian dan pertimbangan tersendiri mengingat para pembacanya merupakan anak sekolah dasar. Kesesuaian antara keterangan dan ilustrasi juga harus dikemas secara menarik dan memiliki nilai estetika. Hal ini agar buku-buku bacaannya tetap menjadi bacaan menarik dan komunikatif sehingga bukan hanya menjadi hiburan karena keindahan gambar atau ilustrasinya, tetapi juga dapat menyampaikan informasi kepada anak dengan cara yang lebih sederhana.
    Sebagai pendidik kita harus mampu menumbuhkan semangat baca kepada anak melalui buku-buku bacaan yang ringan dan mudah dipahami bahasanya oleh anak. Menumbuhkan kebiasaan baca pada anak didik secara tidak langsung membantu anak menghimpun berbagai macam informasi dan berita yang ia temukan dalam buku yang dibacanya. Menumbuhkan budaya baca pada anak didik memang agak sulit, tentu jika guru sekolah tidak memulai dari diri sendiri.Jadi, gurulah yang semestinya menjadi contoh dan teladan anak-anak untuk berperan dalam memacu upaya agar anak memiliki minat baca dan cinta buku. Disamping itu juga lembaga terkait, misalnya perpustakaan, pihak sekolah sebagai pendukung untuk memotivasi minat baca dan kecintaan pada buku dan perpustakaan. Salah satu contoh cara menarik yang dapat dipakai sekolah sebagai salah satu tempat pengembangan anak didik untuk menumbuhkan budaya baca adalah kegiatan demonstrasi dalam membaca. Anak-anak diberi tugas untuk meminjam buku dari perpustakaan, kemudian menceritakan kembali di depan kelas. Hal itu akan memacu anak untuk membaca buku dan meminjam buku.
    Apabila kesadaran guru sebagai pribadi yang memiliki minat baca dan kecintaan pada buku sudah ada dan cenderung membiasakan diri dengan budaya baca, maka akan dapat memotivasi dan mempengaruhi kualitas anak-anak untuk mengikuti jejaknya. Otomatis kita akan familiar dengan kegiatan membaca, mengenal bahan bacaan dan perpustakaan yang dibuat oleh sekolah. Realisasi menumbuhkan budaya baca, cinta buku dan cinta perpustakaan tidak hanya dibebankan di atas pundak guru beserta orang tua. Alangkah lebih baik jika hal tersebut juga didukung lembaga atau institusi yang ada seperti perpustakaan, toko buku dan lain-lain dengan mengadakan kegiatan atau acara yang dapat memacu minat baca dan kecintaan akan buku serta mensosialisasikan perpustakaan di lingkungan sekolah, agar di sekolah anak-anak terbiasa atau familiar dengan buku dan perpustakaan. Pastinya kegiatan membaca dan budaya literasi baca buku dikalangan anak siswa sekolah sudah dapat teratasi dengan baik jika pihak-pihak sekolah yang ada saling mendukung dan berusaha mengatasi kondisi tersebut untuk menumbuhkan budaya membaca di sekolah dasar.

    Kesimpulan
    Membangun budaya baca bagi anak-anak harus kita mulai dari sekarang dengan membaca apa saja yang ringan sesuai keinginan dan hobi anak-anak. Hadirnya perpustakaan tentu akan berdampak positif di lingkungan sekolah demi membudayakan baca buku di sekolah. Para siswa akan mulai terbiasa melihat lingkungan sekolah selalu diwarnai dengan aktivitas membaca sebagai salah satu program sekolah yang mempunyai perhatian penuh terhadap budaya baca yang digalakkan oleh para guru sekolah. Membaca menjadikan kita mempunyai wawasan, menjauhkan dari kebodohan dan kemiskinan sehingga kesejahteraan bangsa Indonesia akan lebih baik.
    Saran
    Buku adalah jendela dunia, istilah yang sudah sering kita dengar. Kita sebagai masyarakat Indonesia khusunya pendidik harus bisa meumbuhkan minat membaca dan menciptakan budaya membaca. Dengan membaca kita tidak hanya dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas, namun juga bisa berpikir secara positif dan kritis. Kita bisa membaca dari hal-hal yang kecil. Dengan memulai dari hal-hal yang kecil maka akan terbiasa membaca dan bisa melanjutkan membaca buku-buku yang isinya lumayan tebal dan berbobot.






                                        REFERENSI


    Ambary, Abdullah, dkk. 1999. Penuntun Terampil berbahasa Indonesia dan Petunjuk guru. Bandung: Trigenda Karya.


    Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Reneksa Cipta.


    Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat Baca. TOKOH, Bacaan Wanita dan Keluarga. Senin, 26 September 2017.


    Bunyamin, A. 9 Juli 2007. Membangun Peradaban Buku. (Diakses tanggal 28 September 2017).


    Depdiknas 2004, Kurikulum 2004, Jakarta, Depdiknas.


    Dyah, I. 200VI. Minat Baca Warga Jakarta Rendah. Tempo interaktif, Jumat, 28 Juli 200VI. (Diakses 27 September 2017).


    Ghazali, A.S. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif Interaktif. Bandung: Refika Aditama.


    Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.


    KOMPAS, Desember 2006. Jenjang Pendidikan Dasar, Rendahnya Minat Baca Siswa. (Republika Online, www.republika.co.id, diakses tanggal 24 september 2017).

    Kamsul, Khotijah. Strategi Pengembangan Minad dan Gemar Membaca. http://edokumen.kemenag.go.id/files.pdf.

    Moeliono,A.M. 1988.PsikologiBelajar.Yogyakarta:Rineka Cipta.


    Rifai, Agus. Menjadi Bangsa Pembaca. Pustakawan Dan Pegiat Literasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Diakses 22 September 2017).


    Syafi’ie, Imam dan Imam Machfudz. 1992. Pandai Berbahasa Indonesia. Jakarta: Media Wiyata SMG.


    Sarjita, R.Ahmad. Peningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar Melalui Classroom Reading. (Diakses 1 Oktober 2017).


    Susilowati, Suci. Meningkatkan Kebiasaan Membaca Buku Informasi Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XX/Mei 2016. (Diakses 28 September 2017).


    Sutarno.(2006).Manajemen Perpustakaan.Jakarta:Sagung Seto.


    Tarigan, H.G. (1985). Membaca Sebagai Keterampilan. Bandung: Angkasa.


    Ma’rufah, Umi dan Uswatun Hasanah. Budaya Membaca di Kalangan Anak Muda. (Diakses 28 September 2017). http//:budayabaca.file.pdf.


    Widagdho, Djoko. (1994).Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Bumi Aksara.


      
    Daftar Riwayat Hidup
    1.    Identitas Diri
    Nama                                  : Wulan Aulia Azizah, S.Pd
    Nama Panggilan                 : Wulan
    Tempat/ Tanggal Lahir       : Banjarmasin, 19 Agustus 1991
    Jenis Kelamin                     : Perempuan
    Agama                                : Islam

    Alamat                                : Jl. Batu Piring No.21 Rt.19 Kelurahan Antasan Besar,
      Banjarmasin, Kalimantan Selatan
    Telp                                    : 085388841616
    Email                                  : wulanauliaazz@icloud.com
    2.    Pendidikan Formal
    No
    Tahun
    Lembaga Pendidikan
    1
    2010 – 2014
    PGPSD Universitas Lambung Mangkurat
    2
    2007 - 2010
    SMA Negeri 1 Pangkalan Bun
    3
    2004 - 2007
    SMP Negeri 1 Arut Selatan
    4
    1998 – 2004
    SD Negeri Raja 1 Pangkalan Bun
    5
    1996 – 1998
    TK Kiyai Gede Pangkalan Bun
    3.    Pendidikan Non Formal
    No
    Pendidikan Formal
    Lembaga Pendidikan
    Keterangan
    1
    Pendidikan Bahasa Inggris (2014)
    TEST-Pare English School
    Bersertifikat
    4.    Prestasi
    1.    Akademik
    Lulusan Terbaik predikat cumlaude
    5.    Kemampuan

    No
    Kemampuan
    Keterangan
    1
    Microsoft Office
    -
    2
    Bahasa Inggris aktif (Toefl ITP)
    Bersertifikat
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: WULAN: BUDAYA BACA DI SEKOLAH DASAR PERLU DITUMBUHKAN Rating: 5 Reviewed By: situkhuwah
    Scroll to Top